Friday 2 August 2013

CERITA RAKYAT, LA GENGGONG DAN PLURALISME (BUGINESS SUBJECT)

Cerita rakyat, La genggong dan pluralisme ( buginess subject)

Dahulu kala pada pertengahan abad -19 sekitar antara tahun 1940 -1950, terjadilah sebuah proses pembentukan negara yang diprakarsai oleh sebagian besar tokoh pemuda. Dengan darah, keringat dan air mata mereka berjuang demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja dikumandangkan. Dan pada puncaknya semua rakyat dan para pejuang yang tak dikenalpun berkumpul dan keluar membanjiri tanah kelahiran mereka untuk membentuk barisan demonstrasi. Belanda dengan senjata dan senapan canggih menyeruak menembus seluruh yang ada dihadapannya hingga memudarkan sebagian besar semangat para pejuang tersebut. Namun seorang pemuda gagah berparlente jimat dan tattoo berteriak sendiri menentang belanda. “Ia na tauwaranninna ie wanua e, ibaddu !”  bersuara.



Menurut sebagian besar panrita bugis bahwa  nenek beliau seorang dato’,buyut beliau seorang pangeran dan moyangnya seorang pelaut, konon ketika moyangnya sedang melaut jauh diperairan timur wilayah asalnya, kapal layar mereka berhenti disebuah wilayah yang berdekatan dengan sebuah pulau yang dihuni oleh penduduk indian, tapi dengan semangat pantang menyerah moyang la baddu meneriakkan suara hebat yang nantinya akan diabadikan untuk nama daratan yang ditujunya, nenek moyang itu berteriak’ ammiriko anging’(bertiuplah angin). Hingga dia dianggap penemu benua amerika tepatnya diwilayah amerika latin.
Keberanian yang tersisa pada labaddu bergejolak ketika mempertahankan kemerdekaan negaranya,
Peluru berdesing, timah emas pakai jampi – jampi dukun sipenjajah belanda tak mampu menembus kekebalan tubuh labaddu. Serta merta labaddu tetap bersuara’    DEMOKRASI LIBERAL SOLUSI KEBEBASAN .. JUGA SOLUSI KITAA, HIDUP SEKULARISME PLURALISME..HAHAA HIDUP..HIDUP.. AHAHAAHA.


Daeng : ‘weii.. weii.. kompeni, sepertinya penerwangan saya, ini kesurupan arwah nenek moyang, sehingga peluruh jampi –jampi ku ini tidak bisa menembus, berarti jin yang saya pake kalah dengan nenek moyangnya itu.. kwek..kwek...’


Kompeni:’jadi bagaimana itu?’


Daeng:’jangan khawatir , kita usir saja arwahnya....’
Maka daengpun mendatangi labaddu yang masih berteriak – teriak dengan wajah merah mata membelalak


Daeng:’nene’ pole tega ko iko?
Labaddu:” ia nenek moyang iya runtu’e amerika, arwah internasional melo mutantang, labbi ni ko mundur ko’!? HAHA..HA..HAA


Daeng: nainappa aga na pattujungmu’..?


Labaddu:’saya penemu amerika saya penyebar demokrasi plurasime dan sekularisme maka dari itu sudah wajib bagi saya melestarikannya..HAHA..HA..HA


Daeng: nene’ niga asammu?


Labaddu:’ lagenggong’


Daeng: weeiii lagenggong mo pale, iya ro candu baca doang !


Labaddu: ‘paduliko,haa...ha.. hidup demokrasi !!!
Sehingga pada akhirnya arwah nenek moyang labaddu yang bernama lagenggong tidak dapat diusir dari tubuh labaddu maka dengan demikian kemenangan dipihak pribumi dan berdirilah sebuah negara yang memisahkan kehidupan agama dengan hukum – hukum negara yaitu sekularisme- demokrasi (payah).



NB2: notes ini hanya karangan dan imajinasi tertentu, jika ada kesamaan toko dan cerita itu bisa saja benar adanya,namun jika ada kesamaan cerita penulis tidak bertanggungjawab.

No comments:

Post a Comment