Cerita rakyat, La genggong dan pluralisme ( buginess subject)
Dahulu kala pada pertengahan abad -19 sekitar antara tahun
1940 -1950, terjadilah sebuah proses pembentukan negara yang diprakarsai oleh
sebagian besar tokoh pemuda. Dengan darah, keringat dan air mata mereka
berjuang demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja dikumandangkan. Dan
pada puncaknya semua rakyat dan para pejuang yang tak dikenalpun berkumpul dan
keluar membanjiri tanah kelahiran mereka untuk membentuk barisan demonstrasi.
Belanda dengan senjata dan senapan canggih menyeruak menembus seluruh yang ada
dihadapannya hingga memudarkan sebagian besar semangat para pejuang tersebut.
Namun seorang pemuda gagah berparlente jimat dan tattoo berteriak sendiri
menentang belanda. “Ia na tauwaranninna ie wanua e, ibaddu !” bersuara.
Menurut sebagian besar panrita bugis bahwa nenek beliau seorang dato’,buyut beliau
seorang pangeran dan moyangnya seorang pelaut, konon ketika moyangnya sedang
melaut jauh diperairan timur wilayah asalnya, kapal layar mereka berhenti
disebuah wilayah yang berdekatan dengan sebuah pulau yang dihuni oleh penduduk
indian, tapi dengan semangat pantang menyerah moyang la baddu meneriakkan suara
hebat yang nantinya akan diabadikan untuk nama daratan yang ditujunya, nenek
moyang itu berteriak’ ammiriko anging’(bertiuplah angin). Hingga dia dianggap
penemu benua amerika tepatnya diwilayah amerika latin.
Keberanian yang tersisa pada labaddu bergejolak ketika
mempertahankan kemerdekaan negaranya,
Peluru berdesing, timah emas pakai jampi – jampi dukun
sipenjajah belanda tak mampu menembus kekebalan tubuh labaddu. Serta merta
labaddu tetap bersuara’ DEMOKRASI
LIBERAL SOLUSI KEBEBASAN .. JUGA SOLUSI KITAA, HIDUP SEKULARISME
PLURALISME..HAHAA HIDUP..HIDUP.. AHAHAAHA.
Daeng : ‘weii.. weii.. kompeni, sepertinya penerwangan saya,
ini kesurupan arwah nenek moyang, sehingga peluruh jampi –jampi ku ini tidak
bisa menembus, berarti jin yang saya pake kalah dengan nenek moyangnya itu..
kwek..kwek...’
Kompeni:’jadi bagaimana itu?’
Daeng:’jangan khawatir , kita usir saja arwahnya....’
Maka daengpun mendatangi labaddu yang masih berteriak –
teriak dengan wajah merah mata membelalak
Daeng:’nene’ pole tega ko iko?
Labaddu:” ia nenek moyang iya runtu’e amerika, arwah
internasional melo mutantang, labbi ni ko mundur ko’!? HAHA..HA..HAA
Daeng: nainappa aga na pattujungmu’..?
Labaddu:’saya penemu amerika saya penyebar demokrasi
plurasime dan sekularisme maka dari itu sudah wajib bagi saya melestarikannya..HAHA..HA..HA
Daeng: nene’ niga asammu?
Labaddu:’ lagenggong’
Daeng: weeiii lagenggong mo pale, iya ro candu baca doang !
Labaddu: ‘paduliko,haa...ha.. hidup demokrasi !!!
Sehingga pada akhirnya arwah nenek moyang labaddu yang bernama
lagenggong tidak dapat diusir dari tubuh labaddu maka dengan demikian kemenangan
dipihak pribumi dan berdirilah sebuah negara yang memisahkan kehidupan agama
dengan hukum – hukum negara yaitu sekularisme- demokrasi (payah).
NB2: notes ini hanya karangan dan imajinasi tertentu, jika
ada kesamaan toko dan cerita itu bisa saja benar adanya,namun jika ada kesamaan
cerita penulis tidak bertanggungjawab.
No comments:
Post a Comment