Saturday 27 July 2013

PROSEDUR DAKWAH #1HUTANGBUDI

PROSEDUR DAKWAH 1#HUTANGBUDI


Keberhasilan dalam berdakwah dapat dipengaruhi oleh banyak hal dan salah satu faktor yang mempengaruhi  adalah sikap balas budi dan berutangbudi baik tersebut. Yang jika kita senantiasa menanamkan budi baik kita, kepada seseorang yang pandai berbalas budi atau khalayak umum yang punya ideologi kekeluargaan, maka Insya Allah mereka akan dengan mudah dan segera menjalankan islam yang didakwahkan ini. Dan tetntunya dapat bekelanjutan secara terus – menerus.

Seseorang dapat menerima dakwah kita karena amal kebaikan yang mereka lihat dari prilaku baik kita. Bukan karena mereka sedang jengkel kepada kita, kadang kala seseorang membalas sikap baik kita dengan kebaikan dan prilaku buruk dengan keburukan juga.

Dampak dari menunjukkan prilaku terhadap seseorang ataupun umum itu sangat luar biasa. Karena dapat mengubah cara pandang mereka terhadap diri kita dan terhadap suatu kebenaran islam yang kita contoh dari Rasulullah.

Bisa saja kita katakan kepada masyarakat umum bahwa “sesungguhnya yang paling baik diantara laki-laki adalah yang paling baik kepada istri-istrinya”. Tapi bagaimana kemudian dampaknya ketika kita mengatakan “Rasulullah bersabda: sesungguhnya yang paling baik diantara laki-laki adalah yang paling baik kepada istri-istrinya” maka dampaknya akan berbeda, itu karena Rasulullah yang telah memberikan dan dari beliaulah yang menunjukkan jalan islam ini.

Berutang budi ini begitu penting karena Rasulullahpun mengajarkan, lebih dari sekadar membalas budi, dalam sebuah keterangan menjelaskan tentang cara beliau memperlakukan terhadap budi baik seseorang, ‘bahwa siapa yang memberi 1 maka balaslah dengan memberinya 2 kali lipat’.

Kemudian apa yang membuat orang merasa berutangbudi kepada kita. Coba baca dulu yang berikut ini ;

1)      Anggapan dan penilaian masyarakat.

Masyarakat akan merasa berutangbudi terhadap pribadi seseorang yang berprilaku baik dibanding seseorang yang hanya menjadi perusuh yang membuat onar dan sampah dimasyarakat.

Hal ini berkaitan dengan penilaian masyarakat, hanya saja penilaian terkadang harus ditunjukkan dengan jumlah kuantitas yang diberikan kepada kita.
Maka anggapan dan penilaian tidak dibangun serta – merta. Itu merupakan  jumlah totalitas sampai saat ini sejak keberadaan kita didunia. Dalam proses dan rentang waktu yang ada.


Anggapan dan penilaian juga termasuk dalam cara berpakaian yang rapi dan teratur untuk menunjukkan kesan menghargai. Dapat kita ketahui bahwa orang menilai sejak 30 detik pertama.


Membangun anggapan baik itu memerlukan konsistensi, siapapun yang konsisten berbudi baik maka masyarakat akan beranggapan baik terhadapnya. Contoh konsistensi seorang Qori’ terhadap bacaan Al-Qur’an akan dianggap baik dengan lantunan ayat –ayat suci al-Qur’an. Arifin ilham dengan dzikir atau yusuf mansur dengan sedekah.


Jika anggapan baik telah melekat, maka penilaian akan datang dengan sendirinya. Dan rasakan nikmatnya berdakwah jika masyarakat merasa berutang budi pada kita.

2)      Sepenanggungan


Selain itu, orang akan merasa berutang budi apabila kita dan masyarakat merasa sepenanggungan dalam  kemuliaan dan keberuntungan. Seorang muslim akan menanggung  muslim  yang lain karena amal kebersamaan dibanding dengan yang non-muslim itu karena berutang budi, orang menjadi sepenanggungan.



Sepenanggungan karena suku, sepenanggungan karena golongan, sepenanggungan karena bahasa dan sebuah tim sepakbola akan sepenanggungan demi suatu gelar dan pemenangan.


Maka ketika berdakwah maka carilah cara yang baik untuk sepenanggungan dengan orang – orang yang didakwahi, sehingga kita tidak terkesan menggurui tapi kita sama dalam kesenangan dan kesusahan.

3)      Kemahiran

Seringkali kita menjumpai diantara kita seorang yang mendakwahkan islam, bahwa anggapan baik untuk dapat berutang budi yang jangka panjang tidak dibangun dengan wujud kepura – puraan, utangbudi memang ada dengan sikap baik sementara yang berwujud kepuraan namun akan bersifat sementara dan akan mengakibatkan kekecewaan.
Dan yang terjadi pada orang – orang yang mendakwahkan agama, terlalu mengutamakan dirinya dibandingkan apa yang disampaikan. Mengatakan yang tidak pernah diamalkannya dan bertindak tidak sesuai dengan kemahirannya. Bicaranya melebih –lebihkan pada suatu yang belum pernah dicapainya.

Kemahiran dapat melengkapi anggapan dan sikap sepenaggungan, karena itu dapat mengekalkan utangbudi orang –orang terhadap kita hingga kita sudah tidak ada lagi didunia ini.

Coba analisa budi baik mana antara kedua orang tua, dengan orang yang hanya baru saat ini memberi hadiah karena suatu hal yang diinginkan dari kita.

Kemahiran memang dapat diperoleh dengan cara formal namun ada juga dengan otodidak dengan pembiasaan diri dan pengajaran dari orang – orang yang peduli pada kebaikan hidup kita, dan yang paling peduli biasanya yang paling dekat yaitu orang tua.


Sekarang kita bisa bergegas untuk beramal juga dapat berbentuk menanamkan budi pekerti dan prilaku baik berdasarkan islam ditengah masyarakat. Tetap bijaksana lakukan pendekatan emosional, sedapat mungkin kita bisa terarah menjadi ahli pada suatu bidang, bersabarlah ! semoga kita lebih mudah dalam mendakwahkan islam ini.



No comments:

Post a Comment