Saturday 27 July 2013

SAYANG ! AKU PADAMU

SAYANG ! AKU PADAMU



SAYANG ! AKU PADAMU

Jika sayang belum tentu cinta, tapi cinta sudah pasti sayang. Ada yang bilang bahwa cinta itu adalah perasaan yang dimiliki setiap insan , sebagiannya lagi mengatakan bahwa cinta itu tidak dapat dilihat tapi sebuah kenyataan yang bisa dirasakan, jika sayang maka bisa saja menjadi kenangan namun sulit dimusnahkan walaupun terkadang memaksa tapi tak mungkin bisa tercipta dengan sendirinya, hanya saja ia bisa saja berbeda dari yang seharusnya.
Jika cinta dan sayang ! dia ,kami, kamu, aku padamu maka kita akan dapati pada setiap hal walaupun berbeda konsep dan kontesnya. Seperti banyak orang bahagia karenanya, atau dia yang sengsara  dalam nestapa karena cinta, ya.. karena cinta seorang yang lemah jadi kuat, seorang yang puitis menjadi romantis. Ataukah seorang yang ahli bisa menjadi nampak seperti pemula.
Jika sayang ! aku padamu akan terhapus sikap pecundang  menjadi pemberani, membuat yang paling tangguh menjadi jinak – jinak merpati. Walau diseberang lautan, gunungpun yang tinggi akan kudaki, seorang yang jauh akan datang karena cinta, cinta pula yang menjadi harapan dalam keputus asaan seseorang.
Kemuliaan dalam cinta itu hanya ada dalam cinta sejati, dia putih,suci seperti embun dipagi hari, seperti ciuman diubun – ubun putramu adalah sebentuk kasih sayang tulus. Karunia cinta untuk setiap kita dari Allah swt. Sumber segala kasih sayang yang menghiasi barat dan timur serta yang ada diantara keduanya. Karena kebesaran dan kuasanya berkehendak  pada akal dan hati kita untuk bisa merasa saling membutuhkan dan menyayangi. Tidak hanya untuk dicinta tapi butuh untuk mencintai. Cinta adalah fitrah untuk keberadaan mahkluk yang berpasangan, keberadaan manusia tidak sempurna tanpa cinta sebagai ciptaan Allah SWT.
Dia yang Maha Cinta menciptakan manusia dari ketiadaan ruang dan waktu,  atas Kuasa-Nya hendak menjadikan kita dengan segala bentuk yang sempurna dari segala ciptaan,Ditiupkan-Nya roh yang membuat kita menjadi ada, kemudian dari darah dan daging kita tumbuh menjadi penikmat pada segala hal duniawi, lezat makanan, sejuk air hujan dipelimbahan, hangatnya terik mentari dipagi hari, jika Allah tidak berkehendak mustahil semuanya ada pada diri kita, tidak lagi mustahil tapi tak akan bisa. Hingga kata “tak bisa” juga tidak pernah ada.
Dari bentuk duniawi dimulai didalam rahim yang  gelap seorang ibu kita tumbuh kembang, dengan diawali cahaya pernikahan mulia Ayah dan ibu, Mereka juga jadi saksi perkembangan kita setiap saat. Nampak kebanggaan pada ayah, kegembiraan tergambar dihati mereka menanti kehadiran kita sebagai insan yang baru didunia ini. Saat – saat ayah sibuk mencari nafkah dalam usahanya untuk ibu dan anak – anaknya, terkadang harus terusik dengan pertanyaan ‘ apakah mereka baik –baik saja ?’.  sementara upah yang diterimanya semuanya selalu untuk kita nantinya, tak jarang kita dapati mereka menahan lapar dahaga dengan alasan anak-anak.
Ibu, berat jasamu tak mungkin terhitung dengan apapun, meskipun harus kupapah sekian kali ke tanah suci. Semakin hari kami membatasi dan memberatkan dengan tubuh yang membesar, hari – hari tak pernah habis tanpa persiapan untuk kami, keinginanmu kau bahkan korbankan untuk memakan makanan bergizi yang kau tidak sukai pada saat menjelang kelahiran, keluarga besar bergembira. Ayah dan ibu menentukan nama yang baik untuk kita dengan harapan garis tangan keberuntungan selalu memihak kita.
Hingga cinta yang tulus menghiasi kelahiran kita. Kekhawatiran, rasa takut, senang  melebur dalam detik – detik penantian mereka. Bahagia karena yang datang adalah yang dinanti – nanti,khawatir karena proses persalinan yang dijalani, takut karena ibarat satu kaki didalam lobang galian liang lahat” jangan –jangan Allah memanggilnya dalam proses ini”. Sehingga ibu tidak bisa menemani dan membimbing selalu untuk menjadi anak yang salih shalihah. Setiap jeritannya adalah kecemasan seorang ayah yang menanti selesainya proses persalinan. Untuk kelahiran kita, bagi seorang ayah itulah saat – saat seolah waktu berhenti lama karena kita, dalam doanya terselip kata pertaruhan “ saat ini tidak ada yang berarti kecuali kelahiran buah hatiku”.
Jerit tangis berkelanjutan, setiap teriakan adalah sakit yang panjang menggambarkan nyawa yang tertahan. Demi buah hati, nampak keberanian terhias diwajah peluhnya menjalani semua itu. Dan lahirlah kita, suara nyaring menggema, diwajah basah penuh darah. Senyum terhias merasakan kebahagiaan, padahal jeritannya baru saja usai tapi semua hilang dengan lirih saat melihat wajah kita. Inilah Cinta dan sayang ! ayah berlari menyambut, mengecup ibu dan mengumandangkan adzan ditelinga kita, hilang sudah semua kecemasannya. Inilah cinta ! sayang, aku padamu.
Hangat cinta mereka mengiringi tumbuh dan berkembangnya kita. Tangis kita begitu mengusik tidur mereka, tapi ibu tetap terbangun untuk mengganti pakaian kita yang basah,kemudian kita pun tenang bersama dengan belaiannya, selang beberapa saat sebelum mereka hampir tertidur pulas kita pun rewel kembali, kali ini karena kita lapar. Dengan sabar ibu yang baik menyusui kita dan kita pun tertidur kembali. Inilah cinta, sayangnya dia ! untuk kita.
Seiring waktu berlalu kitapun beranjak dewasa, terkadang kita mengeluh juga sering memaki, mereka mendengar dan mencoba membantu masalah kita. Jika kita marah dengan suara lantang mereka dengan tulus membalas dengan sabar dan nasihat baik mereka. Dunia dan kehidupan dia ajarkan untuk kita, setiap kali selesai sholat. Dari lisan mulianya tertutur berulang kali permintaan kepada Allah, agar kiranya kita sedap dipandang, kelembutan hati dan juga kesalehan akhlak. Jika kita membentak mereka terkadang bersedih hati, tapi keesokan harinya diperlihatkan wajah ceria dan kembali menyiapkan makanan untuk kita. tanpa berpeluh kesah. Inilah kasih sayang dan cinta.
Bersamaan dengan hal itu mari kita sejenak merenungkan, ketulusan yang dia berikan itu tanpa meminta balasan, pernahkah kita menghargai dan menghormatinya?. Pernahkah kita beri hadiah untuk kebahagiannya? Walaupun itu berupa ucapan terima kasih dan suara sopan juga sikap yang santun atas segala pengorbanan dan pemberiannya sepanjang hidup kita?, kepada ayah , pernahkah kita meminta maaf atas segala salah dan khilaf kita padanya. Ingatkah kita kepada mereka ketika kita mendapat keburuntungan dan ingatkah pada mereka saat kita merasakan kebahagiaan?. Sesering apa kita mendoakan mereka?, adakah doa untuk mereka jika kelak mereka dipanggil untuk menghadap pada Pemilik cinta yang sesungguhnya, untuk mereka dapat ditempatkan bersama dengan kekasih-kekasih-Nya.
Kita bawa pada perenungan yang lebih dalam dan jauh, jangan sampai kita termasuk orang yang mengingkari nikmat cinta dari Allh dan Rasulnya SAW. Mengaku cinta Rasul dan mengidolakan sebagaimana mengakui sebagai toko terbaik sepanjang masa. Namun tidak ada sedikitpun terbesit dalam hati untuk merindukannya. Padahal demi ummat yang dia cintai, meskipun dia telah dijmin masuk surga tapi tidak rela jika ummatnya ditimpa musibah, apalagi kekal didalam neraka.karena ummatnya, beliau dilempari kotoran unta, kaki sampai berdarah karena batu, dimaki, dihina demi kita. Hingga akhir usianya saat jiwa hendak berpisah dengan raga beliau masih mencemaskan dan memikirkan kita,ummatnya melebihi diri dan keluarganya.
          Saat – saat beliau berkata “ummat’ummati’ummati” itu adalah hari terakhirnya didunia. Jika bukan karena jalan dan petunjuknya tidak ada wasilah untuk kita mengenal Allah penguasa cinta, yang telah menganugrahi kita kedua orang tua yang baik dan penyayang didunia ini. Sebab itu kepada Allah lah seharusnya syukur kita yang tak putus –putusnya. Dan kepada Rasulullah kita bershalawat yang banyak sebagai bukti cinta kita. Kemudian kepadaa kedua orang tua kita atas cinta dan sayang mereka.
          Kita lebih peduli kepada ajaran yang bukan dibawa oleh Rasulullah, demikian juga kepada kedua orang tua bahwa kebaikan mereka kita anggap sebagai suatu yang biasa dan wajar. Ketika masa baligh dalam puberitas menggejolak, kita lebih peduli pada kata –kata media, mencontoh budaya lain dan ucapan orang lain daripada nasihat orang tua.
          Mungkin saja pemeran utama dibalik layar media atau pendapat sekuler yang telah berkembang ini, adalah orang – orang munafik, toko musyrik ataupun orang – orang kafir, yang sengaja ingin menghancurkan islam ini denan cara halus dan berbagai bentu yang mereka upayakan. Tumpuan ummat ini adalah pemuda maka merekapun merasuki para pemuda dengan berbagai macam dalih, kemudian rusaklah pemuda dan ummat ini. Mereka memberitahukan budaya hedonisme yang mereka dengan alasan cinta. Tapi yang mereka maksud adalah nafsu yang binatangpun punya cara itu, tapi sayangnya sebagian pemuda terperosok kedalamnya. Dengan indah mereka bungkus budaya binatang mereka dengan semboyang – semboyang kebebasan dan cinta. Padahal tak lain hanyalah budaya sampah yang berlabel propaganda, opini, sehingga pemuda muslim terjerumus mengikuti mereka.
          Jelasnya mereka ingin menjauhkan pemuda dari islam, memberi anggapan bahwa pengajian itu jadul, ketinggalan zaman, aturan Allah dianggap mengekang padahal nikmat yang tak terbatas. Namun hal yang paling ereka khawatirkan adalah menyatunya antara islam dan ummat muslimin terutama para pemuda, yang dapat terwujud ketika Al-Qur’an dan As-sunnah ditanamkan dalam diri pribadi pemuda muslim dengan baik dan kuat. Mudah –mudahan itu dapat terwujud hingga wajah buruk mereka tak mampu mereka sembunyikan lagi dibalik topeng.
          Konsekuensi ketika melalui jalan yang Allah rhidoi yaitu islam secara kaffah adalah surga. Dan selain itu adalah neraka, inilah balasan atas pilihan jalan hidup yang ditentukan sendiri oleh manusia surga atau neraka atas ke-Maha Perkasaan Allah. Islam adalah jalan kita, menyelesaikan persoalan hidup, sistem yang sempurna yang mengajarkan untuk jangan menyembah kepada selain Allah.
Cinta itu suci, membahagiakan, tak ada cinta yang berwujud nafsu, jika nafsu itu bukan cinta. Karena nafsu berbeda dengan cinta. Cinta tidak rela membiarkan yang tercinta menderita, cinta penuh dengan pertimbangan karena akal, sementara nafsu cenderung tak menggunakan akal karena binatangpun punya nafsu. Jangan bilang cinta kalau harus hangus bersamaan didalam neraka, tapi katakan cinta kalau rela dan sanggup mengamalkan ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
          Akhirnya kepada Allah kita memohon, Yaa Allah Tuhan yang Maha Penyayang dan Pengasih, karuniakan kepada hati dan hati kami cinta yang benar, karena kami tahu neraka itu panas, tapi kami sering lalai membiarkan diri – diri kami pada yang dilarang oleh-Mu. Kami tahu bahwa sebaik – baik tempat adalah surga namun kami tidak berusaha keras meraihnya. kami kadang lupa dan sombong, padahal semuanya adalah milikmu yang dapat kau ambil kapan saja. Jarang sekali kami berbuat baik kepada orang tua kami. Kami malah sering memaki mereka, membentak dan marah – marah. padahal, Rhidomu ada pada rhido orang tua dan murka-Mu ada pada murka mereka.
          Yaa.. Allah Tuhan kami. Panjangkanlah umur mereka dengan rahmat-Mu, kuatkanlah kami dalam kesadaran untuk dapat membalas sedikit kebaikan untuknya. Jangan biarkan kami menyesali setelah mereka tidak lagi ada didunia ini.  Ampunilah segala dosa mereka dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami sejak kami kecil. Engkaulah Pemberi tuabat dan Maha Penyayang. Kami tak dapat memberi banyak tentang apapun untuk mereka, tapi terima doa kami dan golongkan kami bersama orang-orang yang shaleh serta lapangkanlah hati kami dalam keshalehan itu. Karena untuk saat ini hanya ini yang dapat kami hadiahkan untum mereka.      
Minallah, wassalamu alaikum.

No comments:

Post a Comment