Monday 29 July 2013

CURHAT RAMADHAN, UNTUK SASTRAWAN WITH STICKY NOTES

Curhat Ramadhan, untuk sastrawan with  sticky notes

Momen ramadhan ini saya pergunakan sebaik – baiknya kata “Budi”, dan ini sudah biasa . saya melihat perubahan dimana-mana, semuanya jadi insaf. Saf dimasjid – masjid penuh, apalagi dimushalla –mushalla.baca Qur’an ramai, wanita berbusana rapi, mirip-mirip dengan suasana dikota santri, para artis tidak mau turun pamor, pake kerudung tapi rambut masih terlihat. Acaranya juga insaf coy, bulan lalu judulnya son dan lyla, kalau bulan Ramadhan ini Rahmat dan Rahma. Dulu marimar sekarang maryama. Ada juga nafsu birahi tapi sekarang jadi ibrahim, ramadhan memang keren. Dan saya suka ini. Ramadhan karim bulan mulia namun saya tahu pasti ini akan menyisakan luka tatkala dia akan pergi untuk 11 bulan yang akan datang. Saya sedih karena ditinggalkan bulan puasa dan saya juga bersedih melihat saudara – saudara kita yang banyak berdalih kemudian meninggalkan kewajiban dibulan ramadhan, awal Ramadhan total berubah sadar tapi hingga pertengahan sampai akhir perlahan berubah menjadi ber-ulah. Dengan dalih kebebasan individu, hak asasi, demokrasi kebersamaan tidak puasa semuanya mereka buat lebih asik saja. Saya Cuma tau ini imbas dari sekularisme, mendidik ummat ini menjadi merasa dilihat dan diawasi Allah hanya ketika bulan Ramadhan tapi diluar bulan ramadhan seolah – olah Allah mereka tiadakan. Dan tidak perlu lagi beramal baik.
Seseorang yang berpuasa tentunya menahan diri terhadap apapun yang merusak puasa, memang !, dan terkadang hal yang merusak puasa itu adalah sesuatu yang sebenarnya halal. Misalnya : makanan dan minuman selain babi,khimar,barang curian, riba, hubungan suami istri dan lainnya. Jika yang halal saja mampu ditahan apalagi yang haram, tambah hebat lagi. Tapi kadangkala kita jumpai prilaku aneh disebahagian ummat ini, dengan berpuasa menahan diri dari yang halal tetapi saat berbuka pake harta riba, itukan haram. Ditambah lagi berhukum dengan hukum selain yang Allah tetapkan melalui contoh rasulnya. Sudah ditambah dikalikan pula dengan sistem warisan saythan sistem yang mengajak dengan topeng keindahan untuk meninggalka Al-Qur’an dan As-sunnah, contoh : pelarangan jilbab oleh penguasa yang  sebagian penganut sistem ekstrim sekuler.
Ramadhan tiba dan berganti terus, seperti roda berputar, 2,3,4 dan seterusnya hingga aku juga masih dalam usaha yang tidak membuahkan hasil maksimal. Tapi disisi lain perhitungan Allah tidaklah sama dengan mahkluknya, mungkin itu perasaanku saja. Berharap kemuliaan kudapatkan pada suatu malam mulia dari 1000 malam atas izin dan pertolongan Allah, semua kekuatan dan upaya memang karena kuasa  Allah, semoga dengan itu kupergunakan untuk dapat mempertanggungjawabkan diriku pada hari yang dijanjikan-Nya, hari yang tiada keraguan didalamnya. Itu pasti! Seperti pastinya berganti hari ini dengan esok yang tiada kita ketahui hal apa dan bagaimana suasana, cuaca, langit esok hari.
Pola tingkah ummat terkadang membahayakan, seperti pagar yang tersusun rapi seolah melindungi tanaman kita, tapi akhirnya kita tahu pepatah yang melegenda karena mungkin memang ada kejadian, pagar makan tanaman. Baiklah gambarannya kita perluas; sekulerisme itu seperti malam yang gelapgulita, tidak dapat mata melihat, semuanya hanya bayangan. Tapi kemudian orang – orang suka bermain disana, sebaik dan sebagaimanapun eksistensinya tidak akan nampak. Itu cukup jadi tanda bahwa setan lebih hebat memenangkan pertandingan dari setiap individu yang bermain. Mungkin dari sudut ruang hati terdalam ada yang merindukan terang, bermandikan cahaya ilahi, yang meski tidak punya kualitas tapi setidaknya masih bisa nampak.
Laskar itu adalah abdi-Nya, tapi mereka punya cinta dari bumi untuk persembahan yang diangkat naik kelangit, tapi langit tetap membimbing dengan hujan yang menyirami bumi setelah kering-Nya dan dengan itu tetumbuhan jadi segar, bahkan biji terbangun dari gelap peristrahatannya. Pecinta Allah dianugrahi dua kemenangan , yaitu lidah dan air mata. Yang dengan itu selalu mujur jika dapat menyampaikan ayat – ayat-Nya yang penuh cinta. Dan air mata untuk dapat lebih bertawakkal kepada Allah agar lebih lama dalam sujud tahajjud dalam gelap kesendirianku. Karena maut mungkin saja bagi siapa saja bisa datang kapan saja menjemput.
Harapan kepada siapapun yang senang hati menyampaikan agama islam ini, kiranya dapat merengkuh kemuliaan dan karunia Allah didalam bulan ramadhan ini. Kata – kata mereka itu seperti memberi nafas pada dunia. Namun ummat seperti laron menjaga sarangnya ketika dihalau dengan api. Mungkin saja tangan terluka dari sengatannya,tapi itulah nikmat yang bahkan dirasakan oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW. Penghulu segala kemuliaan.
Apabila tauladan kita nabi Muhammad SAW selalu bersemangat dalam dakwah apatah kita yang tidak harus dan tidak pantas  berkeluh kesah karenanya. Besi karatan tertelan bumi namun mutiara tetaplah berkilau dengan cahayanya. Hanya waktu yang menjadi pemisah antara ketetapan hati dengan apa yang mendahuluinya.

Kata sastrawan kami.’Aidil sek., dkk’

No comments:

Post a Comment