Wabah budaya malu !
Akhir – akhir ini, hari kelahiran Nabi
kita Muhammad Saw ramai diperingati, ummat islam negri ini sibuk mempersiapkan
segala hal yang bersangkut paut dengan hal tersebut dan menggelar peringatan
ini. Dijakarta tepatnya monas, salah satu saluran televisi menayangkan ceramah
dari seorang yang mendadak ‘ustadz’. Ternyata beliau adalah pemimpin majelis
dzikir nurussalam. Keren tapi dia ustadz suka menyanyi, sudah mengeluarkan
album yang kesekian kalinya, persembahan untuk bangsa begitu. Hehe...
persembahan tapi Cuma nyanyi terus.
Sang
ustadz memberi pesan khusus untuk para pemegang kekuasaan poltik, supaya dalam
beretika dan bersikap hendaklah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Seperti pada umumnya temanya adalah kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
Petuah tentang cobaan dan tantangan dalam memimpin umat.
Sesaat
setelah mendengarkan apa yang beliau sampaikan, saya begitu takjub
hingga bulu kudu bergerak, tidak Cuma saya, kenyataannya semua yang menyaksikan
langsung dilokasi pun nampak menunjukkan ketakjubannya, bagaimana mungkin
setiap kata, perwajahan,intonasi memang telah terbungkus dalam satu retorika
yang luar biasa. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang memang telah terlatih.
Meski demikian seorang toko penggerak
dalam islam, seorang muallaf mengaku
bahwa dalam hatinya ada banyak pertanyaan yang ingin dia sampaikan. Itu karena
ia mengetahui fakta dibalik siapa sebenarnya ustadz yang luar biasa itu, memang
ketika orang belum tahu siapa ‘ustadz’ tersebut tentu kekaguman pada ucapannya
akan muncul.
Namun kenyataan berbanding terbalik dari
kenyataan yang ada. semua yang disampaikan tidak pernah diwujudkan. Sebut saja
dengan istilah definitely lips service.
Fikiran saya, dapat
contekan tausiyah dari mana ya?, barangkali saja dia sudah tobat ! tapi apa
mungkin didprogram mengikuti fashion ya? Kalau busana muslim pake serban
bahasannya surga-neraka, Allah dan Rasulullah, kalau chasing demokrasi, riba
dan barat.
Sebaiknya, budaya malu mewabah untuknya !
Membicarakan
kepribadian Rasul dan cara nabi memimpin, tapi tidak mau mewujudkan
kepemimpinan dan cara yang diwariskan Rasulullah. Berakhlak dengannya yaitu al-Qur’an dan as-shunnah, bahkan dengan
tegas nabi mengharuskan bentuk negara berdasarkan apa yang beliau tunjukkan.
Membicarakan
Rasulullah mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban cerdas, tapi malah
menolak sistem islam yang cerdas yang menjadikan manusia beradab, malah
mempertahankan sistem jahiliyah abad ini, yaitu seperti kata mereka suara
rakyat suara kebenaran (demokrasi).
Membicarakan
pertolongan dan karunia Allah, tapi malah menjauhkan diri dari pertolongan dan
tidak mensyukuri karunia berupa petunjuk islam ini dari kemurahan Allah?. Btw,
apa pernah Rasulullah membiarkan riba, itu!? Beberapa kitab dapat kita
perhatikan, tentang ketiadaan sistem demokrasi dalam islam? Ataukah pembiaraan
terhadap ucapan selamat untuk perayaan diluar islam? Skatmatt!
Sebaiknya, budaya
malu mewabah untuknya !
Untuk anda dan saya
pada kejadian seperti ini dari Anas bin Malik kepada Abdullah bin Umar,:
Kami menemui para pemimpin kami, lalu mengatakan kepadanya sesuatu yang
berbeda dengan yang kami katakan, tatkala kami meninggalkan mereka. Berkata
(Ibn ‘Umar), “Kami biasa menyebutnya sebagai perbuatan hipokrit (nifak).”
(HR.Bukhari)
Ustadz ini juga telah
mempersiapkan penyambutan mewah, soal kedatangan obama sebagai bukti kesetiaan,
padahal Rasulullah tidak melakukan hal tersebut terhadap musuh yang
membinasakan kaumnya, sungguh benar Rasulullah !
Dan kalian akan menjumpai seburuk-buruk manusia yang bermuka dua. Yaitu
orang yang mendatangi mereka dengan satu wajah, dan mendatangi yang lain lagi
dengan wajah yang berbeda (Mutafaq‘alaih).
Sementara itu
Rasulullah berpesan untuk mempergunakan Al-Qur’an dan as-sunnah dalam setiap
hukum dan persoalan, mengamalkan amalannya tapi juga menolak terhadap sesuatu
yang tidak ia rhido. Tidak serta merta meneriakkan suara perteladanan untuk
seperti yang Rasul ajarkan namun yang bicara itu,ya.. justru penenta ng.dan
banyak cingcong petangtang petengteng.
Pada hari kiamat kelak, seseorang akan dibawa dan dimasukkan ke dalam
neraka, lalu isi perutnya terurai keluar, dia melilitkannya layaknya himar
memutar gilingnya. Para penghuni neraka pun berkumpul di dekatnya, seraya
bertanya, “Hai Fulan, kenapa kamu ini? Bukankah dulu kamu memerintahkan kepada
kemakrufan dan mencegah kemunkaran?” Dia menjawab, “Memang, aku dahulu telah
memerintahkan kalian pada kemakrufan tetapi aku tidak melaksanakannya; dan
mencegah kalian melakukan kemunkaran, sementara aku melakukannya.” (Mutafaq
‘alaih)
Kesimpulan : jika ini sebuah perumpamaan maka pemimpin –
pemimpin negeri ini ibaratnya sudah tidak punya malu dan kita harus membiarkan
penyakit malu mewabah untuk mereka.
Dari orang yang ingin mengambil bagian untuk
kejayaan Islam.
No comments:
Post a Comment