Sepakbola kita, aku dan semua tentang definisi yang berkembang !!
Permainan sepak bola adalah permainan yang hebat, sensasi
jago nampak pada permainan ini, baik dalam permainannya maupun kesan yang
dibuat untuk para pemain, tidak hanya itu lebih umum mencakup para penonton pun
merupakan unsur pembentuk eksistensi keseluruhan pada permainan ini. Inilah
permainan para lelaki, setelah tinju, judo, smackdown, karate dan karambol.
Pada abad millenium ini, abad mutahkir pada dunia maya
seolah nampak membentuk susunan yang luar biasa pada perkembangan sepak bola.
Tidak hanya digemari oleh kaum adam tapi juga kaum hawa. Sebuah
kenyataan yang ada didepan pandangan mata kita, menampakkan sebuah kejadian
yang serba cantik. Jika para pemain dari kaum pria menunjukkan kehebatan
bermain bola maka kaum wanita memperlihatkan keindahan dengan emosi halusnya.
Dunia permainan sepakbola dan perkembangannya mengubah
struktur dan peradaban yang serba terorganisasi dengan manajemen yang teratur,
kita bisa memperhatikan bagaimana anak – anak dibentuk sedemikian rupa untuk
menjadi profesionalisme dalam bidang sepakbola ini, muncul berbagai macam label
sekolah yang berbasis pendidikan sepakbola sejak dini. Tentu sebagai wujud
pembentukan karakter sepak bola pada tiap – tiap peserta didiknya.
Permainan sepakbola ini terdiri dari regu/tim. Setiap tim
mengatur dan mengorganisasikan timnya sedemikian rupa untuk mendapatkan
pencapaian dalam struktur pertandingan. Pada setiap regu terdapat sponsor,
manager, pelatih, pemain dan supporter. Masing – masing elemen menentukan peranannya
masing – masing, tentunya untuk keutuhan dan prestasi tim.
Untuk sepak bola indonesia, ada yang mengatakan bahwa sepak
bola indonesia mirip gadis/ cewek remaja perempuan yang sementara datang bulan.
Emosional, cepat marah dan susah dimengerti. Bandingkan sepak bola indonesia
yang suka tawuran, gampang bentrok, pake emosi dan tidak bisa berjalan teratur
sesuai dengan prosedur yang mereka sepakati. Keunggulannya sepakbola kita itu
adalah karena srtruktur pertandingannya bervariasi, ada yang sesuai fifa
football dan ada juga yang tidak, jadi sepakbola kita bebas berkreasi, tidak
hanya dalam tingkat nasional, bahkan dipedalaman pun sama, ada kejuaran bola
bencong, tunanetra, orang tua jompo2 dan ada banyak lagi.
Mengenai jumlah pemain, terdiri dari 11 pemain yang
bertanding pada 2 regu yang berhadapan, terdiri dari 1 gawang, dan 10 pemain
yang tersusun dalam posisi tertentu, meliputi, bek pertahanan, pemain tengah
(midfielder) dan pemain depan yang berfungsi sebagai ujung tombak penyelesaian
tujuan dari pada pertandingan, Yaitu menjaring gawang lawan. Para pemain
berkewajiban mengikuti dan menerima saran pelatih dan asisten pelatih,
ibaratnya pelatih adalah guru bagi para pemain.
Saya pribadi gemar pada permainan ini dan peranan saya
sebagai pemain depan (stricker), saya menggemari permainan ini, mungkin sejak
dikandung ibu . karena bapak saya fans sejati diego armando maradona. Sebagai
bukti bahwa saya kelahiran tahun 80-an dimana maradona pada saat itu dikenal
dan difavoritkan seluruh dunia termasuk bapak saya. Sementara saya menekuni
sepak bola sejak berumur 14 tahun, ketika itu saya masih duduk dibangku sekolah
tingkat pertama. Yang kemudian menjelma menjadi legenda kampung / legenda hidup
sepakbola kami, alasannya karena permainan saya yang mirip Zine dine Zidane,
tapi kalau difikir zidane lah yang mirip permainan saya .’enak saja”... bukti
kedua adalah saya sering diberi penghargaan berupa maskot, namun saya tidak
terima. Saya juga sering diberi hadiah spesial oleh pelatih tingkat kabupaten
yang pada saat itu pemain yang lain tidak di istimewa-kan seperti saya. Itu
karena jika bola pada kaki saya, ehm hehe maka 99% bola dapat terjaring dengan
cantik, bisa keras, bisa menawan, mengelabui dan ada banyak lagi cara dan event
lainnya. Itu sekilas tentang saya dan permainan ini, jika dibahas maka perlu
beberapa halaman lagi, jadi kita tempatkan dalam sesi bahasan lain yang
berikutnya.
Dapat kita pahami bahwa permainan sepak bola ini bertujuan untuk menguasai bola, ritme pertandingan, memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak- banyaknya, dan mencegah gempuran serangan yang lawan yang hendak menjaring gawang oleh regu masing – masing. Karena itu dalam permainan sepak bola ini diperlukan kerjasama antara sesama tim, yang merupakan ciri khusus dari permainan sepak bola ini.
Saya dan sepak bola ( cerita kami )
Pada tahun 2001, saya memulai karir saya dalam dunia sepak
bola. Waktu itu saya masih duduk dibangku sekolah kelas 3 SLTP, saya punya
beberapa teman baik, seorang diantaranya bernama Faizal, biasanya dipanggil
Dona. Dia dipanggil dona bukan karena nama itu identik dengan nama perempuan,
tapi dona untuk dia itu karena singkatan dari Maradona, sebuah legenda hidup
sepakbola dunia yang menjadi icon kehebatan sepak bola argentina selama kurung
waktu satu dekade. Selama kurung waktu 80-an, Tak habis diperhitungkan ketika
kehebatan maradona mengilhami banyak fans dari berbagai benua untuk
mengabadikan nama idolanya itu, untuk anak turunan mereka. Teman saya faizal,
memang dikenal hobby main bola dan memiliki bakat yang menononjol dibanding
teman – teman saya yang lain pada waktu itu, apalagi postur perkembangan
fisiknya yang ideal, tinggi dan besar.
Bagi saya dia bukanlah seorang yang sekedar hebat dan
memiliki bakat sepak bola yang berbeda dengan teman – teman sebaya kami waktu
itu, tapi dia adalah teman yang baik hati, tidak sombong dan mungkin rajin
menabung. Dia adalah teman yang mengajak saya mengenal sepakbola lebih dari
sekedar basa dan basi. Dengan sepeda motor butut merk vespa, dia menjemput saya
dari kampung halaman saya waktu itu, saat pulang sekolah, menuju rumah
kediamannya sebelum bersama – sama turun lapangan hijau,berlatih sepak bola.
Jarak rumah saya cukup jauh dengan kampung beliau, sehingga kadangkala kami
harus mendorong sepeda motor butut itu tatkala sedang kehabisan bensin atau
mogok dibagian busi. Entah apa yang mengilhami dona untuk mengajak saya bermain
sepak bola, padahal saya adalah anak agak pendek dengan daging otot yang keras
-keras waktu itu. Saya tidak punya bakat, tapi kalau boleh jujur saya memang
punya minat yang besar untuk menjadi pemain sepak bola.
Pelatih kami seorang mantan pemain nasional yang memiliki
pengalaman yang luar biasa, dia adalah kepala lingkungan dari pihak
pemerintahan kelurahan untuk kampung tempat tinggal dona, namanya Djumri, setiap
sore lepas ashar beliau menempa kami dengan olahraga itu. Kami adalah anak –
anak yang labil tidak pernah memikirkan akan jadi apa kami nantinya dengan
semua itu. Yang kami tahu kami sedang bermain, senang, capek bersama, riang
gembira dan itu memang asyiik pada waktunya. Walaupun memang kami harus
bersyukur karena mengenal dan bermain menggunakan kemahiran kaki dengan bola
itu, sehingga inspirasi kartun kapten tsubasa kadang terngiang jelas ditelinga
dan semangat kami, bahwa bola adalah teman dan teman yang baik adalah yang
memperlakukan teman –temannya dengan sebaik mungkin, karena itu kami mencintai
bola.
Berjalan dengan episode baru untuk kami dalam dunia
sepakbola, kami mulai mengenal dan menggemari pemain – pemain bintang juga tim
sepakbola dunia, tentu saja melalui media. Sebut saja favorit saya waktu itu Fc
arsenal, sedangkan dona adalah milanisti sejati. Van persie adalah pemain idola
saya, karena style dan gaya permainan serta posisi yang sama dengan posisi
saya, meskipun bintang yang satu ini identik dengan kaki kiri, dan biasa
ditempatkan untuk bermain dan beroperasi dibagian tengah dan kiri lapangan.
Saya mengidolakannya bukan karena saya pemain kidal, tapi karena saya lebih
termotivasi untuk memahirkan kaki kiri saya. Dan yang lebih fanatik, menurut
media van persie adalah salah satu pemain muslim. Selain van persie ada juga,
Benzema, zidane, emre boluzoglu dan sederet bintang lainnya.
Awal latihan digelar saya
menggunakan sepatu karet, saya ingat persis merek spotec yang ditempel dengan
gigi rem merk speech. Sepatu itu saya terima dari orderan teman pindahan dari
kalimantan. Dia anak baru tapi hobby bola sekaligus memiliki jiwa dagang. Dengan
sepatu karet tadi dilapisi kaos pendek tapi sayang hanya dibagian kaki kiri
saja. meski demikian saya semangat pantang menyerah, pelatih instruksikan
keliling lapangan. Saya pun keliling, pelatih intruksikan bawa bola, saya pun
bawa bola. Latihan pertama saya menjebol
gawang dari sisi kanan lapangan. Hasilnya yang tidak saya sangka – sangka waktu
itu. Saya bisa mencetak gol. Dari situlah maka saya pun sering ditempatkan pada
posisi sayap kanan. Saya merasa seperti c. Ronaldo he..he.. (tapi ronaldo itu
yang mirip saya, enak saja !!).
Pulang latihan kadang kami selalu
asyik bicarakan soal latihan tadi, hari berganti kami terus seperti itu. Hingga
kami tumbuh bersama sepak bola dan lapangan hijau, pada waktu beberapa bulan
sejak awal latihan. Pelatih pun mengadakan pertandingan exhsebition, sungguh
diluar dugaan, team yang diundang pada saat itu, adalah anak – anak dari
kabupaten, yang permainan mereka jauh lebih diatas rata – rata dibanding kami.
Dan saya bermain kepayahan ditambah lagi pulang sekolah belum makan siang. Itu merupkan
pengalaman pertama saya dalam pertandingan
yang disaksikan oleh banyak penonton. Meski tim kami kalah telat dengan
skor 6-0 untuk tim tamu, namun bagi kami itulah pelajaran pertama yang berharga
untuk para pemula seperti kami saat itu.
Tidak seperti bulan – bulan
pertama ketika saya sudah mulai candu dengan permainan sepakbola. Teman saya
yang jelmaan maradona itu tidak lagi datang menjemput saya untuk berlatih dikampung halamannya bersama teman –
teman yang lain. Tapi saya tidak pernah kehabisan akal untuk bisa sampai
ditempat latihan, saya bermaksud memanggil semua anak- anak sebaya saya
dikampung untuk bermain atau sekedar mengantar, tapi mereka malah mempermainkan
saya dengan berpura – pura pergi tapi pulang lagi. Namun pada saat bertepatan
dikampung halaman saya sendiri ternyata sedang demam sepak bola. Saya tidak
memperhatikan itu dan tidak pernah tau karena disamping lapangan yang berjarak
jauh sekaligus disekitar area luar kelurahan lokasi perkebunan.
Tidak ada sistem senoritas dalam lapisan
masyarakat kampung kami seperti disekolah tapi yang ada adalah penguasa –
penguasa yang mengatas namakan demokrasi sebagai pilar tatanan peraturan yang
berlaku. Saya rasakan itu ketika pertama bergabung dalam struktur permainan
sepakbola dilapangan perkampungan kami. Bermain dengan orang yang lebih dewasa dengan pengalaman dan
kemampuan yang jelas berbeda dengan saya. Membuat saya merasakan sesuatu yang
berbeda lebih dari sekedar rasa, seperti kata iklan karena pria punya selera.
Saya mengejar bola tapi kena siku back pertahanan lawan, saya menahan bola tapi
pemain kampung bersleding pas ditumit saya, bukannya bola. tapi inilah
permainan kampung, berantakan tapi penuh dengan jiwa gotong – royong.
Ditempat baru inilah saya bermain dengan suasana yang
berbeda, pemain – pemain dengan strutur yang tidak terorganisir,.. (continue)
No comments:
Post a Comment