Ekspresi Bisnis jus Mangga ala mr. Ahmad n Ari
Ari dan Ahmad bermain kerumah Kek Ambo. Mereka memang suka
kesana sambil menemani Kek Ambo yang hanya tinggal sendirian. Ketika sampai
disitu, Ari melihat ada buah mangga yang sudah masak.
“mangganya tidak
dijual saja, Kek?” tanya Ari kepada Kek Ambo. “ kakek menunggu Bah Yuang. Dia
biasanya datang kesini dan membayar seribu rupiah setiap buahnya!” jawab kakek.
“Buah selezat itu Cuma seharga seribu rupiah, kek” Ahmad
membelalakkan mata.
“ harga dipasar mungkin bisa lebih, Mad! Tetapi kakek sudah
tidak kuat menurunkan buah itu dan membawanya kepasar. Masih ada orang yang mau
datang membeli disini saja sudah untung!” kata kakek lagi. Nadanya pasrah dan
menerima apa adanya saja.
“Hm.. kalau boleh, kami akan menjualnya, nek! Pokoknya,
paling sedikit kakek dapat tiga ribu rupiah. Boleh, kek?” Tanya Ahmad.
Kek Ambo tampak menimbang – nimbang,”boleh saja. Asal nanti
kalian tidak dimarahi orang tua kalian. Kakek juga khawatir kalau mereka marah
pada kakek. Karena menyangka menyuruh anak orang berjualan!” sahut kakek Ambo
sambil menatap kedua bersahabat itu.
“ beres, kek! Ini kan, pekerjaan halal. Tak mungkin orang
tua kami marah!” kata Ahmad penuh semangat.
Ari dan Ahmad lalu membawa buah mangga tersebut dengan
karung goni kerumah Ari.
“ kamu macam – macam saja, Mad! Dimana kita akan menjual
mangga ini dengan harga tiga ribu atau lebih?” Ari berkata.
“ tenang, Ri! Aku ada akal. Kita buat es buah mangga. Musim
kemarau belum habis. Pasti akan habis tandas bila kita jual di pasar atau
terminal!”
Ari dan Ahmad kemudian membelah dan mengiris buah mangga
itu, disayat – sayat hingga tipis, lalu dipisahkan dengan bijinya. Ari
menyiapkan kantong plastik, satu kantong plastik berisi empat atau lima iris
buah mangga.
Satu jam kemudian, Ari dan Ahmad sudah menjinjing baskom
berisi 40 kantong plastik es buah nangka ditutup kantong plastik bening. Mereka
berjalan mennuju terminal bis dan angkot yang menghubungkan kampung mereka
dengan kota.
Sekejap saja, sopir – sopir dan kernet mengerumuni dagangan
Ari dan Ahmad itu. Sekantong dijual duaratus rupiah. mangga kek Ambo ini memang
manis dan lezat. Diterminal itu saja, dalam waktu singkat, sudah habis seperdua
dari jumlah kantong plastik es buah mangga yang ada.
“ enam ribu rupiah sudah di tangan. Kita bawa pulang saja
mangga ini!” ajak Ari.
Mata kek Ambo berkaca – kaca menyambut kedua anak itu.
“kek, ini hasilnya!” Ahmad menyerahkan hasil dagangan mereka
kepada kek Ambo.
“wah, wah, banyak betul, Ari, Ahmad!”ucap Kek Ambo lirih.”
Kakek akan mengambil empat ribu rupiah saja. Sisanya buat kalian berdua. Mangga
yang sisa ini untuk ole-ole kalian pulang!” lanjut kek Ambo.
Ari dan Ahmad saling menatap.
“engg ... kami belum butuh uang, kek. Kakek pasti lebih
perlu. Kami membawa mangga yang tersisa ini saja!” Ahmad berkata gagap. Kek Ambo menggeleng.
“tidak, empat ribu rupiah sudah lebih dari cukup. Ingat,
biasanya nenek Cuma dapat seribu rupiah. Kalian memang hebat. Banyak akalnya.
Nah, sepantasnya kalian mendapat juga hasil dari penggunaan akal kalian ini!”
kekek terus memaksa mereka.
“ baiklah, kek! Terimah kasih banyak kalau begitu!” ujar Ari
akhirnya. Ia tak mau mengecewakan kakek yang berniat baik ini.
“ nanti kalau ada yang matang lagi, boleh kalian jual!”pesan
kek Ambo ketika Ari dan Ahmad hendak pulang.
Dalam pulang Ahmad berkata, “ tabungan kita tambah lagi, Ri!
Ditambah lagi dengan es buah mangga yang segar dan lezat ini!”
“berbuat kebajikan, memang selalu ada buahnya, Mad!” tukas
Ari.
No comments:
Post a Comment