Sunday 4 August 2013

EKSPRESI BISNIS (SUATU CONTOH)

Ekspresi Bisnis jus  Mangga ala mr. Ahmad n Ari


Ari dan Ahmad bermain kerumah Kek Ambo. Mereka memang suka kesana sambil menemani Kek Ambo yang hanya tinggal sendirian. Ketika sampai disitu, Ari melihat ada buah mangga yang sudah masak.

“mangganya  tidak dijual saja, Kek?” tanya Ari kepada Kek Ambo. “ kakek menunggu Bah Yuang. Dia biasanya datang kesini dan membayar seribu rupiah setiap buahnya!” jawab kakek.

“Buah selezat itu Cuma seharga seribu rupiah, kek” Ahmad membelalakkan mata.

“ harga dipasar mungkin bisa lebih, Mad! Tetapi kakek sudah tidak kuat menurunkan buah itu dan membawanya kepasar. Masih ada orang yang mau datang membeli disini saja sudah untung!” kata kakek lagi. Nadanya pasrah dan menerima apa adanya saja.

“Hm.. kalau boleh, kami akan menjualnya, nek! Pokoknya, paling sedikit kakek dapat tiga ribu rupiah. Boleh, kek?” Tanya Ahmad.

Kek Ambo tampak menimbang – nimbang,”boleh saja. Asal nanti kalian tidak dimarahi orang tua kalian. Kakek juga khawatir kalau mereka marah pada kakek. Karena menyangka menyuruh anak orang berjualan!” sahut kakek Ambo sambil menatap kedua bersahabat itu.

“ beres, kek! Ini kan, pekerjaan halal. Tak mungkin orang tua kami marah!” kata Ahmad penuh semangat.

Ari dan Ahmad lalu membawa buah mangga tersebut dengan karung goni kerumah Ari.

“ kamu macam – macam saja, Mad! Dimana kita akan menjual mangga ini dengan harga tiga ribu atau lebih?” Ari berkata.

“ tenang, Ri! Aku ada akal. Kita buat es buah mangga. Musim kemarau belum habis. Pasti akan habis tandas bila kita jual di pasar atau terminal!”

Ari dan Ahmad kemudian membelah dan mengiris buah mangga itu, disayat – sayat hingga tipis, lalu dipisahkan dengan bijinya. Ari menyiapkan kantong plastik, satu kantong plastik berisi empat atau lima iris buah mangga.

Satu jam kemudian, Ari dan Ahmad sudah menjinjing baskom berisi 40 kantong plastik es buah nangka ditutup kantong plastik bening. Mereka berjalan mennuju terminal bis dan angkot yang menghubungkan kampung mereka dengan kota.

Sekejap saja, sopir – sopir dan kernet mengerumuni dagangan Ari dan Ahmad itu. Sekantong dijual duaratus rupiah. mangga kek Ambo ini memang manis dan lezat. Diterminal itu saja, dalam waktu singkat, sudah habis seperdua dari jumlah kantong plastik es buah mangga yang ada.

“ enam ribu rupiah sudah di tangan. Kita bawa pulang saja mangga ini!” ajak  Ari.
Mata kek Ambo berkaca – kaca menyambut kedua anak itu.
“kek, ini hasilnya!” Ahmad menyerahkan hasil dagangan mereka kepada kek Ambo.

“wah, wah, banyak betul, Ari, Ahmad!”ucap Kek Ambo lirih.” Kakek akan mengambil empat ribu rupiah saja. Sisanya buat kalian berdua. Mangga yang sisa ini untuk ole-ole kalian pulang!” lanjut kek Ambo.

Ari dan Ahmad saling menatap.

“engg ... kami belum butuh uang, kek. Kakek pasti lebih perlu. Kami membawa mangga yang tersisa ini saja!” Ahmad berkata  gagap. Kek Ambo menggeleng.

“tidak, empat ribu rupiah sudah lebih dari cukup. Ingat, biasanya nenek Cuma dapat seribu rupiah. Kalian memang hebat. Banyak akalnya. Nah, sepantasnya kalian mendapat juga hasil dari penggunaan akal kalian ini!” kekek terus memaksa mereka.

“ baiklah, kek! Terimah kasih banyak kalau begitu!” ujar Ari akhirnya. Ia tak mau mengecewakan kakek yang berniat baik ini.

“ nanti kalau ada yang matang lagi, boleh kalian jual!”pesan kek Ambo ketika Ari dan Ahmad hendak pulang.

Dalam pulang Ahmad berkata, “ tabungan kita tambah lagi, Ri! Ditambah lagi dengan es buah mangga yang segar dan lezat ini!”

“berbuat kebajikan, memang selalu ada buahnya, Mad!” tukas Ari.


No comments:

Post a Comment